Minggu, 17 Juni 2012

Suku Asmat


SUKU ASMAT

Suku Asmat berada di antara Suku Mappi, Yohukimo dan Jayawijaya yang terdapat  di Pulau Papua. Sebagaimana suku lainnya yang berada di wilayah ini, Suku Asmat ada yang tinggal di daerah pesisir pantai dengan jarak tempuh dari 100 km hingga 300 km, bahkan Suku Asmat yang berada di daerah pedalaman, dikelilingi oleh hutan heterogen yang berisi tanaman rotan, kayu (gaharu) dan umbi-umbian dengan waktu tempuh selama 1 hari 2 malam untuk mencapai daerah pemukiman satu dengan yang lainnya. Secara umum, kondisi fisik anggota masyarakat Suku Asmat, berperawakan tegap, hidung mancung dengan warna kulit dan rambut hitam serta kelopak matanya bulat.
Dalam kehidupannya, Suku Asmat memiliki 2 jabatan kepemimpinan, yaitu  Kepemimpinan yang berasal dari unsur pemerintah dan  Kepala adat/kepala suku yang berasal dari masyarakat. Kapala adat/kepala suku dari Suku Asmat sangat berpengaruh dan berperan aktif dalam menjalankan tata pemerintahan yang berlaku di lingkungan ini. Karena segala kegiatan di sini selalu didahului oleh acara adat yang sifatnya tradisional, sehingga dalam melaksanakan kegiatan yang sifatnya resmi, diperlukan kerjasama antara kedua pimpinan dalam memperlancar proses tersebut.
Ukiran patung suku asmat berkaitan dengan kepercayaan mereka. Ukiran merupakan penghubung mereka yang saat ini hidup dengan leluhur mereka yang telah tiada, mereka mempresentasikan roh-roh para leluhur ke dalam ukiran-ukiran di tiang kayu, tameng, atau perahu. Patung yang paling terkenal dan dianggap paling sakral adalah patung bis (bioskokombi).
Kini, pembuatan patung dan ukiran lainnya bagi suku asmat bukan hanya bernilai sakral, tetapi bernilai ekonomis juga. Patung ini banyak diminati oleh para kolektor, baik dari dalam negeri atau luar negeri. Anne Ashira.com.
Suku Asmat adalah seniman sejati. Patung kayu hasil kerajinan mereka diakui dunia internasional sebagai hasil karya seni berkelas tinggi. Darah seni ini mengalir dengan tanpa sengaja karena dalam kehiduan sehari-hari mereka menggunakan peralatan yang berhubungan dengan kayu. Suku ini mendiami daerah Teluk Flamingo dan Teluk Cook, di wilayah pantai sebelah barat daya Papua.
Kehidupan modern tidak mencapai wilayah ini kecuali beberapa tahun terakhir. Sebagian besar wilayah ini masih berupa wilayah hutan lebat yang belum dirambah manusia. Meski demikian nasib para seniman sejati tak lepas dari perhatian dunia Internasional. Pada akhir tahun enam puluhan, para pemahat suku Asmat menerima bantuan dari PBB demi upaya mempertahankan kelestarian seni patung mereka. Di kota Agat anda bisa mengunjungi museum yang menampilkan koleksi patung kayu dan hasil kerajinan mereka.
Adapun peralatan yang biasanya digunakan para pemahat Suku Asat terdiri dari kapak batu, gigi binatang dan kulit kerang. Sedangkan untik menghaluskan patahan, mereka menggunakan taring babi, gigi-gigi ikan tertentu dan tiram.
Beberapa Suku Asmat yang mendiami daerah yang jauh dari pesisir, membangun rumah di atas puncak-puncak pohon, sekitar 30 meter di atas permukaan tanah. Bahkan, ada pula yang masih hidup secara nomaden. Kliping suku.com
Ada banyak pertentangan di antara desa berbeda Asmat. Yang paling mengerikan adalah cara yang dipakai Suku Asmat untuk membunuh musuhnya. Ketika musuh dibunuh, mayatnya dibawa ke kampung, kemudian dipotong dan dibagikan kepada seluruh penduduk untuk dimakan bersama. Mereka menyanyikan lagu kematian dan memenggalkan kepalanya. Otaknya dibungkus daun sago yang dipanggang dan dimakan.
Sekarang biasanya, kira-kira 100 sampai 1000 orang hidup di satu kampung. Setiap kampung punya satu rumah Bujang dan banyak rumah keluarga. Rumah Bujang dipakai untuk upacara adat dan upacara keagamaan. Rumah keluarga dihuni oleh dua sampai tiga keluarga, yang mempunyai kamar mandi dan dapur sendiri. Hari ini, ada kira-kira 70.000 orang Asmat hidup di Indonesia. Mayoritas anak-anak Asmat sedang bersekolah. (wikipedia.com)
ASMAT (UMAGI)-- Wilayah Asmat terkenal dengan ukiran kayunya yang menawan. Motif yang bagus dan tingkat kerumitannya yang tinggi menjadi nilai lebih. Penasaran? Lihat saja langsung ke Kabupaten Asmat, Papua.
Setiap daerah memiliki hasil kerajinan yang menjadi ciri khasnya masing-masing. Jika berkunjung ke Papua, Anda pun bisa melihat hasil kerajinan khasnya, ukiran kayu suku Asmat.
Suku Asmat di Papua sudah terkenal sebagai pemahat kayu sejati. Hasil-hasil pahatannya sudah tersohor hingga ke luar negeri. Ukiran kayunya yang rumit menjadi ciri khasnya. Tidak hanya itu, model pahatannya pun tidak biasa. Inilah yang menarik wisatawan dalam dan luar negeri.
Dari buku panduan pariwisata Kemenparekraf, ukiran-ukiran kayu hasil karya suku Asmat memiliki tingkat kerumitan yang tinggi. Ini bisa dilihat dari jenis alat yang digunakan untuk memahat, yaitu masih tradisional.
Biasanya, suku Asmat menggunakan kapak batu untuk mengoyak kayu. Nah, untuk menghaluskan, para pemahat menggunakan taring babi, gigi ikan atau tiram. Meski alat yang digunakan masih sangat tradisional, ukiran yang dihasilkan sangat memuaskan dan sempurna. Antik, khas dan elegan.
Untuk model, biasanya yang dibuat adalah ukiran yang menggambarkan wajah nenek moyang. Tapi bila Anda ingin model lain, suku Asmat juga bisa membuatnya. Beberapa di antara model lain adalah perahu dan binatang yang biasa bermain dengan manusia, seperti kasuari.
Selain itu, hasil kerajinan ukiran suku Asmat juga menjadi bagian yang dekat dengan kehidupan masyarakatnya. Ini bisa dilihat dari benda-benda di sekitar mereka, seperti tiang rumah yang diukir.
Ada beberapa tahapan yang harus dilalui pemahat untuk menghasilan ukiran indah. Pertama, ukiran diawali dengan memahat sepotong kayu untuk dibentuk. Kemudian dilanjutkan dengan pewarnaan. Nah, untuk pewarnaan tidak bisa main-main. Bagi suku Asmat, setiap warna memiliki maknanya tersendiri. Warna yang paling sering digunakan adalah merah, hitam dan putih.
Warna merah melambangkan daging, putih berarti tulang, sedangkan hitam melambangkan warna kulit dari suku Asmat. Warna yang digunakan berasal dari tumbuhan di lingkungan sekitar tempat tinggal para pemahat. Begitu pula dengan jenis kayu yang digunakan. Biasanya, para pemahat Asmat menggunakan kayu sagu atau jati.         
            Jika sedang berlibur ke Papua, jangan lewatkan kesempatan untuk melihat hasil kerajinan ini. Hasil ukiran hasil suku Asmat ini juga bisa Anda beli lho! Tapi jangan kaget saat mengetahui harganya. Ya, harga yang ditawarkan untuk hasil kerajinan unik ini cukup beragam, bisa mencapai jutaan rupiah, tergantung ukuran dan kerumitan pahatan.
Saat ini, aneka hasil kerajinan suku Asmat bisa Anda temui di setiap tempat wisata. Kerajinan ini telah menjadi oleh-oleh khas di Papua. Jika ingin melihat langsung pembuatannya, datang saja ke sentra pembuatan di Kabupaten Asmat. Biasanya, suku Asmat berada di daerah Teluk Flamingo dan Teluk Cook, pantai sebelah barat daya Papua. (Andy u. Gby)*
Sumber: Detik.com