SUKU ASMAT
Suku Asmat
berada di antara Suku Mappi, Yohukimo dan Jayawijaya yang terdapat di
Pulau Papua. Sebagaimana suku lainnya yang berada di wilayah ini, Suku Asmat
ada yang tinggal di daerah pesisir pantai dengan jarak tempuh dari 100 km
hingga 300 km, bahkan Suku Asmat yang berada di daerah pedalaman, dikelilingi
oleh hutan heterogen yang berisi tanaman rotan, kayu (gaharu) dan umbi-umbian
dengan waktu tempuh selama 1 hari 2 malam untuk mencapai daerah pemukiman satu
dengan yang lainnya. Secara umum, kondisi fisik anggota masyarakat Suku Asmat,
berperawakan tegap, hidung mancung dengan warna kulit dan rambut hitam serta
kelopak matanya bulat.
Dalam
kehidupannya, Suku Asmat memiliki 2 jabatan kepemimpinan, yaitu
Kepemimpinan yang berasal dari unsur pemerintah dan Kepala adat/kepala
suku yang berasal dari masyarakat. Kapala adat/kepala suku dari Suku Asmat
sangat berpengaruh dan berperan aktif dalam menjalankan tata pemerintahan yang
berlaku di lingkungan ini. Karena segala kegiatan di sini selalu didahului oleh
acara adat yang sifatnya tradisional, sehingga dalam melaksanakan kegiatan yang
sifatnya resmi, diperlukan kerjasama antara kedua pimpinan dalam memperlancar
proses tersebut.
Ukiran
patung suku asmat berkaitan dengan kepercayaan mereka. Ukiran merupakan
penghubung mereka yang saat ini hidup dengan leluhur mereka yang telah tiada,
mereka mempresentasikan roh-roh para leluhur ke dalam ukiran-ukiran di tiang
kayu, tameng, atau perahu. Patung yang paling terkenal dan dianggap paling
sakral adalah patung bis (bioskokombi).
Kini,
pembuatan patung dan ukiran lainnya bagi suku asmat bukan hanya bernilai
sakral, tetapi bernilai ekonomis juga. Patung ini banyak diminati oleh para
kolektor, baik dari dalam negeri atau luar negeri. Anne Ashira.com.
Suku
Asmat adalah seniman sejati. Patung kayu hasil kerajinan mereka diakui dunia
internasional sebagai hasil karya seni berkelas tinggi. Darah seni ini mengalir
dengan tanpa sengaja karena dalam kehiduan sehari-hari mereka menggunakan
peralatan yang berhubungan dengan kayu. Suku ini mendiami daerah Teluk Flamingo
dan Teluk Cook, di wilayah pantai sebelah barat daya Papua.
Kehidupan
modern tidak mencapai wilayah ini kecuali beberapa tahun terakhir. Sebagian
besar wilayah ini masih berupa wilayah hutan lebat yang belum dirambah manusia.
Meski demikian nasib para seniman sejati tak lepas dari perhatian dunia
Internasional. Pada akhir tahun enam puluhan, para pemahat suku Asmat menerima
bantuan dari PBB demi upaya mempertahankan kelestarian seni patung mereka. Di kota
Agat anda bisa mengunjungi museum yang menampilkan koleksi patung kayu dan
hasil kerajinan mereka.
Adapun
peralatan yang biasanya digunakan para pemahat Suku Asat terdiri dari kapak
batu, gigi binatang dan kulit kerang. Sedangkan untik menghaluskan patahan,
mereka menggunakan taring babi, gigi-gigi ikan tertentu dan tiram.
Beberapa
Suku Asmat yang mendiami daerah yang jauh dari pesisir, membangun rumah di atas
puncak-puncak pohon, sekitar 30 meter di atas permukaan tanah. Bahkan, ada pula
yang masih hidup secara nomaden. Kliping suku.com
Ada
banyak pertentangan di antara desa berbeda Asmat. Yang paling mengerikan adalah
cara yang dipakai Suku Asmat untuk membunuh musuhnya. Ketika musuh dibunuh,
mayatnya dibawa ke kampung, kemudian dipotong dan dibagikan kepada seluruh
penduduk untuk dimakan bersama. Mereka menyanyikan lagu kematian dan
memenggalkan kepalanya. Otaknya dibungkus daun sago yang dipanggang dan
dimakan.
Sekarang
biasanya, kira-kira 100 sampai 1000 orang hidup di satu kampung. Setiap kampung
punya satu rumah Bujang dan banyak rumah keluarga. Rumah Bujang dipakai untuk
upacara adat dan upacara keagamaan. Rumah keluarga dihuni oleh dua sampai tiga
keluarga, yang mempunyai kamar mandi dan dapur sendiri. Hari ini, ada kira-kira
70.000 orang Asmat hidup di Indonesia. Mayoritas anak-anak Asmat sedang
bersekolah. (wikipedia.com)
ASMAT (UMAGI)--
Wilayah Asmat terkenal dengan ukiran kayunya yang menawan. Motif yang bagus dan
tingkat kerumitannya yang tinggi menjadi nilai lebih. Penasaran? Lihat saja
langsung ke Kabupaten Asmat, Papua.
Setiap daerah memiliki hasil kerajinan yang menjadi ciri khasnya
masing-masing. Jika berkunjung ke Papua, Anda pun bisa melihat hasil kerajinan
khasnya, ukiran kayu suku Asmat.
Suku Asmat di Papua sudah terkenal sebagai pemahat
kayu sejati. Hasil-hasil pahatannya sudah tersohor hingga ke luar negeri.
Ukiran kayunya yang rumit menjadi ciri khasnya. Tidak hanya itu, model
pahatannya pun tidak biasa. Inilah yang menarik wisatawan dalam dan luar
negeri.
Dari buku panduan pariwisata Kemenparekraf, ukiran-ukiran kayu hasil karya
suku Asmat memiliki tingkat kerumitan yang tinggi. Ini bisa dilihat dari jenis
alat yang digunakan untuk memahat, yaitu masih tradisional.
Biasanya, suku Asmat menggunakan kapak batu untuk mengoyak kayu. Nah, untuk
menghaluskan, para pemahat menggunakan taring babi, gigi ikan atau tiram. Meski
alat yang digunakan masih sangat tradisional, ukiran yang dihasilkan sangat
memuaskan dan sempurna. Antik, khas dan elegan.
Untuk model, biasanya yang dibuat adalah ukiran yang menggambarkan wajah
nenek moyang. Tapi bila Anda ingin model lain, suku Asmat juga bisa membuatnya.
Beberapa di antara model lain adalah perahu dan binatang yang biasa bermain dengan
manusia, seperti kasuari.
Selain itu, hasil kerajinan ukiran suku Asmat juga menjadi bagian yang
dekat dengan kehidupan masyarakatnya. Ini bisa dilihat dari benda-benda di
sekitar mereka, seperti tiang rumah yang diukir.
Ada beberapa tahapan yang harus dilalui pemahat untuk menghasilan ukiran
indah. Pertama, ukiran diawali dengan memahat sepotong kayu untuk dibentuk.
Kemudian dilanjutkan dengan pewarnaan. Nah, untuk pewarnaan tidak bisa
main-main. Bagi suku Asmat, setiap warna memiliki maknanya tersendiri. Warna
yang paling sering digunakan adalah merah, hitam dan putih.
Warna merah melambangkan daging, putih berarti tulang, sedangkan hitam
melambangkan warna kulit dari suku Asmat. Warna yang digunakan berasal dari
tumbuhan di lingkungan sekitar tempat tinggal para pemahat. Begitu pula dengan
jenis kayu yang digunakan. Biasanya, para pemahat Asmat menggunakan kayu sagu
atau jati.
Jika sedang berlibur ke Papua, jangan lewatkan kesempatan untuk melihat hasil kerajinan ini. Hasil ukiran hasil suku Asmat ini juga bisa Anda beli lho! Tapi jangan kaget saat mengetahui harganya. Ya, harga yang ditawarkan untuk hasil kerajinan unik ini cukup beragam, bisa mencapai jutaan rupiah, tergantung ukuran dan kerumitan pahatan.
Jika sedang berlibur ke Papua, jangan lewatkan kesempatan untuk melihat hasil kerajinan ini. Hasil ukiran hasil suku Asmat ini juga bisa Anda beli lho! Tapi jangan kaget saat mengetahui harganya. Ya, harga yang ditawarkan untuk hasil kerajinan unik ini cukup beragam, bisa mencapai jutaan rupiah, tergantung ukuran dan kerumitan pahatan.
Saat ini, aneka hasil kerajinan suku Asmat bisa Anda temui di setiap tempat
wisata. Kerajinan ini telah menjadi oleh-oleh khas di Papua. Jika ingin melihat
langsung pembuatannya, datang saja ke sentra pembuatan di Kabupaten Asmat.
Biasanya, suku Asmat berada di daerah Teluk Flamingo dan Teluk Cook, pantai
sebelah barat daya Papua. (Andy u. Gby)*
Sumber:
Detik.com